Interaktif

STII-Jakarta: Gereja Bertumbuh Butuh Gembala Yang Bersikap Pemimpin

Maria F
Reporter Kristiani Pos

Posted: Oct. 16, 2008 21:16:34 WIB

Peran gembala dalam gereja bertumbuh sangat penting dan perlu mendapat perhatian mendalam. Berbicara mengenai gereja bertumbuh bukanlah semudah membalikkan telapak tangan dalam mewujudkannnya. Seringkali permasalahannnya adalah gereja ingin bertumbuh dan ingin maju tetapi peranan pemimpinnnya atau gembalanya lemah dan tidak diperhatikan.

Melihat betapa pentingnya peran kepemimpinan dalam pertumbuhn gereja, pekan lalu Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia (STII) Jakarta mengadakan Seminar Kepemimpinan Gereja dengan tema “Leadership in Local Church: Lead to Grow" yang berlangsung selama lima hari (6/10-10/10) di kampus STII Jakarta.

Seminar tersebut juga merupakan salah satu program kuliah padat mengenai pertumbuhan gereja yang diadakan oleh STII Jakarta bagi mahasiswa baik S1 dan S2 sekaligus terbuka bagi kalangan umum yang mana disamping para mahasiswa juga dihadiri oleh para gembala gereja.

Pembicara dalam Seminar tersebut adalah Pdt. Victor Liu, Th.M.,

mantan pengajar di STII Yogyakarta yang kini melayani sebagai Gembala Sidang di Emmanuel Baptist Church - Melbourne, Australia dan sekaligus merupakan President of Growing Ministry (Focus on Growing Church & Growing Family).

Seminar di bagi dalam beberapa session antara lain pada session pertama dan kedua memfokuskan pada pengertian tentang gereja bertumbuh dan alasan-alasan yang mempengaruhi pertumbuhan gereja serta membahas juga mengenai suklus gereja hidup dan mati dan apa yang harus dilakukan untuk dapat menjadi gereja yang hidup.

Ada beberapa unsur yang harus dimiliki gereja untuk dapat bertumbuh dari 50 menjadi 100 dan berkembang terus yang mana gembala memainkan peranan yang penting dan tidak dapat diabaikan.

Yang paling penting dan merupakan ciri dari gereja bertumbuh adalah selalu mengedepankan visi dan misinya dalam pelayanannya. “Gereja yang bertumbuh visinya selalu di depan sebagai driven atau menggerakkan dan kemudian diikuti dengan relationship atau hubungan, diikuti oleh program dan kemudian management yang baik, yang semuanya saling mengikuti dan berjalan guna mendukung visi dan misi gereja,”kata Pdt. Victor Liu dalam pemaparannya.

Lebih lanjut diuraikan bahwa gereja yang mati adalah gereja yang visinya kecil yang mana mengakibatkan seringkali terjadi permasalahan dalam relationship atau hubungan kemudian dapat mengakibatkan melemahnya program yang dibuat dan lebih buruknya program mati dan ikut membawa dampak pada kematian faktor lainnya sehingga mengakibatkan keseluruhannya mati, serta semuanya hanya menjadi sebuah rutinitas semata dalam gereja mati.

Gereja mati bukanlah dilihat dari kuantitas yang dapat dipenuhi oleh suatu gereja. Gereja yang beranggotakan 100 atau 1000 orang dapat juga disebut sebagai gereja mati. Atau dengan kata lain bukan kuantitas yang menentukan gereja dapat dikatakan sebagai gereja hidup, akan tetapi gereja hidup adalah gereja dimana visi, misi, relationship, program dan managementnya semuanya dapat saling mengikuti dan setiap tahunnya ada jiwa yang dimenangkan, ada yang dimuridkan dan ada mencetak pemimpin baru.

Sebaliknya ada gereja yang jemaatnya 1000 orang tetapi tidak ada jiwa yang dimenangkan, tidak ada pemimpin baru dan tidak ada pemimpin kelompok sel baru yang dibentuk, itu merupakan tanda-tanda kematian meskipun jemaatnya banyak,”tambahVictor Liu.

Ada dua konsep yang jadi permasalahan dalam pertumbuhan gereja yang seringkali menghambat suatu gereja untuk bertumbuh ungkap Victor Liu, pertama adalah konsep keluarga Allah; konsep ini bagus tetapi juga berbahaya. Seringkali yang menjadi masalahnya adalah dalam gereja kecil, konsep keluarga Allah begitu kuat seringkali hal tersebut menimbulksn banyak permasalahan dan membuat subyektifitas dalam memandang masalah yang terjadi. Seperti contohnya jika ada masalah pada salah seorang anggota dalam gereja kecil maka seringkali konsep keluarga Allah yang selalu ditekankan dengan mengatakan “kita adalah keluarga Allah”.

Pemahaman yang samar dan penggunaan konsep keluarga Allah yang tidak tepat tersebut justru dapat menghancurkan kualitas gereja tersebut. Dalam gereja kecil, konsep keluarga Allah sangat kuat.

Yang kedua adalah konsep gembala, yang mana gembala seringkali diidentifikasikan sebagai orang yang melakukan tuigas ‘care’ atau menjaga atau mengurusi jemaat seperti kunjungan pastoral, atau kunjungan ke jemaat dan lain sebagainya. Dan ditekankan bahwa gembala harus punya ‘compassion’ dan murah harti. Akan tetapi di dalam Injil dikatakan bahwa gembala adalah pemimpin yang mana tugas gembala yang utama bukan hanya caring dan melakukan kunjungan-kunjungan. Tugas gembala sesungguhnya adalah untuk mempersiapkan domba untuk dapat care satu sama lain.

Victor Liu menjelaskan bahwa ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan gereja tidak bertumbuh yakni: pertama adalah karena ketidakpatuhan terhadap amanat Agung Allah yang tertuli dalam Matius 8 yang pada intinya Allah mengamanatkan tugas penjangakauan dan menumbuhkan kepada umat-Nya.

Permasalahannya gereja seringkali hanya berfokus pada bertumbuh tetapi fungsi penjangkauan tidak ada dan tidak memikirkan bagaimana membentuk pemimpin baru serta semuanya dilakukan hanya sebagai suatu rutinitas. Segala sesuatu yang telah dilakukan dan terjadi tidak pernah dievaluasi dalam setahun apakah ada jiwa yang dimenangkan. Alasan yang kedua gereja tidak bertumbuh adalah karena gereja tersebut tidak sehat. Gereja yang sehat adalah gereja yang selalu bertumbuh, jika suatu gereja selau berada pada keadaan yang sama dalam suatu waktu tertentu dan cenderung makin menurun maka gereja tersebut ada masalah.

Alasan yang ketiga gereja tidak bertumbuh adalah karena memang gereja di desain kecil oleh pemimpin gerejanya atau gembalanya. Seringkali gereja memiliki mimpi besar namun kepemimpinannya tidak didesain menjadi besar. Pola pikir pemimpinnya yang menjadikan gereja kecil. Seringkali pengertian antara “faithful” dan “fruithful” tidak berjalan harmonis. Dimana pemimpin gereja beranggapan sekalipun gereja tidak berbuah yang penting mereka tetap setia dan beriman. Konsep yang benar adalah bahwa faithful dan fruitful keduanya harus bertumbuh bersama,”tegas Liu.

Alasan terakhir gereja tidak bertumbuh adalah karena pemimpin gereja khususnya gembala tidak mau mengambil sikap seorang “Leader” atau pemimpin. Atau dengan kata lain tidak bersikap sebagai pemimpin dan hanya mau mengambil sikap seorang gembala saja.

Amatlah penting bagi gembala untuk dapat mengambil sikap sebagai seorang “Leader” atau pemimpin dan tahu bagaimana menempatakan sikap yang tepat sebagai seorang gembala dan seorang “Servant Leadership”.

Next Story : Gereja Harus Jadi "Sekolah Kehidupan" Bagi Jemaat

Terpopuler

Headlines Hari ini