Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Melahirkan Pemimpin Indonesia Masa Depan


Posted: Aug. 26, 2008 13:30:38 WIB
melahirkan-pemimpin-indonesia-masa-depan

Pdt. Drs. Ign Dachlan Setiawan, MA (Wakil Sekretaris Umum Pengurus Pusat PGLII)

”Melahirkan pemimpin Indonesia masa depan dalam era globalisasi dengan berbagai dampaknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah keharusan dan kebutuhan yang sangat mendesak”

Tidak dapat disangkal bahwa globalisasi menghadirkan perubahan yang sangat besar dan cepat, menciptakan tantangan berat serta melahirkan berbagai kesulitan. Salah satu konsekuensi yang tidak mungkin dihindari karena sudah menjadi kesepakatan bersama (kontrak sosial) yang harus dilaksanakan dan dipatuhi bersama, adalah ketika era pasar bebas 2020 bergulir memasuki dan mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Momentum itu bisa merobek-robek dan mencampakan kehidupan masyarakat dan bangsa ini ke dalam jurang kenistaan, kalau sumber daya manusia (SDM) bangsa ini tidak dipersiapkan dengan seksama. Ketika negeri ini menjadi ajang transaksi global, ketika tuan-tuan dari negeri antah berantah dengan kemampuan investasi, manajemen dan teknologi yang mumpuni dan teruji menguasai pasar serta menjadi ”tuan” di negeri ini. Bangsa kita (kalau tidak siap bersaing) ”akan menjadi kuli di negeri sendiri”.

Di pihak lain krisis multidimensi yang dialami bangsa ini belum menemukan solusi yang tepat, arah dan kebijakan yang jelas bahkan cenderung semakin melemah dan rawan terhadap goncangan serta pengaruh dunia luar (globalisasi).

Memudarnya pluralitas, melemahnya kesatuan dan persatuan bangsa (kebersamaan), melemahnya wawasan kebangsaan, menurunnya moralitas bangsa yang diiringi dengan menguatnya politik kepentingan dan golongan, menguatnya kelompok fundamentalis yang menghadirkan berbagai ancaman teror dan kekerasan serta lemahnya kepemimpinan bangsa (seperti yang dipersoalkan oleh para analis di berbagai media) menghambat langkah menuju Indonesia Jaya yang adil, makmur dan sejahtera. Juga menjadi ancaman besar bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Gereja, umat Kristiani dan khususnya kaum Injili Indonesia bergandengan tangan membangan sinergi dalam gerakan doa dan karya bagi terjadinya transformasi Indonesia. Namun masih ada tanya, ”Mengapa negeri ini belum mampu keluar dari krisis? Apa yang salah dengan bangsa ini? Mengapa transformasi belum juga mewujud?”. Transformasi adalah sebuah proses, termasuk didalamnya proses inventarisasi permasalahan bangsa, akar permasalahan yang membelenggu kehidupan bangsa dan solusi-solusi bagi permasalahan bangsa. Dan salah satu yang paling penting adalah proses penyiapan sumber daya manusia yang handal bagi masa depan bangsa.

Dalam situasi dan kondisi bangsa seperti ini kalau memang kita concern memikirkan masa depan bangsa, tidak ada pilihan lain kita harus memprioritaskan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas, kuat, tangguh dan siap bertarung dalam era persaingan bebas yang sangat keras dan ketat. Wacana publik yang muncul kepermukaan ahir-ahir ini, ”menyoal sosok kepemimpinan bangsa yang kuat” sangat relevan dengan situasi dan kondisi bangsa saat ini, terutama menjelang Pilpres 2009.

Masa depan bangsa ini tergantung pada manusianya, manusia yang memimpin bangsa ini akan menentukan warna, arah dan masa depan bangsa. John Naisbitt dan Patricia Aburdene melalui ramalannya telah menguak (forstate) masa depan yang disimbolkan sebagai kecenderungan besar milenium baru yang akan mempengaruhi milenium berikutnya. Futurolog itu mengatakan : ”....Bila kita berbicara tentang abad XXI kita membayangkan teknologi, perjalanan ruang angkasa, bioteknologi dan Robot. Namun wajah masa depan kita lebih kompleks dibandingkan dengan teknologi yang kita bayangkan. Terobosan-terobosan abad XXI yang paling menggairahkan akan terjadi bukan karena teknologi tetapi karena konsep tentang apa artinya menjadi manusia.” (Megatrends 2000, Jakarta: Warta Ekonomi, 1990). Konsep tentang ”apa artinya menjadi manusia” yang membuat abad XXI menjadi sedemikian kompleks perlu digaris bawahi, karena memang manusialah yang akan mewarnai zamannya dan bertanggung jawab kepada sesama serta kepada generasi penerusnya.

Di pihak lain akar persoalan bangsa juga harus menjadi perhatian yang serius, ”akar persoalan bangsa yang utama dan terbesar dari bangsa kita, Indonesia, bukanlah aspek teknologi, politik atau ekonomi melainkan aspek moral” (D. Elton Trueblood, Visi dan Prakarsa, Edisi Februari 2004). Moralitas manusia Indonesia terutama moralitas pemimpin bangsa sangat menentukan jatuh bangunnya atau maju mundurnya bangsa ini. Firman Tuhan secara tegas juga menyatakan, ”Dosa adalah noda bangsa” (Amsal 14:34b); ”.... tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucap dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan” (Yesaya 59:3); ”Mereka melenturkan lidahnya seperti busur; dusta dan bukan kebenaran yang merajalela dalam negeri; sungguh, mereka melangkah dari kejahatan kepada kejahatan, tetapi Tuhan tidaklah mereka kenal.” (Yeremia 9:3).

Dari sekian banyak daftar dosa yang menodai bangsa dan menghambat pemulihan bangsa (Yesaya 59:2) adalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah ”mengakar” dan ”membudaya” serta berkembang dalam setiap strata masyarakat dari tataran paling atas sampai tataran paling bawah.

Jadi sangatlah jelas, dalam mempesiapakan pemimpin Indonesia masa depan dua aspek yang sangat penting dan memerlukan perhatian dan penanganan secara khusus adalah aspek kualitas manusia dan moralitasnya.

Pemimpin Indonesia Masa Depan yang diharapkan tidak akan datang secara tiba-tiba dari langit tetapi harus dilahirkan dari rahim Ibu Pertiwi Indonesia dan dipersiapkan kelahirannya dengan seksama dan penuh tanggung jawab oleh seluruh elemen bangsa. Dalam hal ini pemuka agama sebagai bagian integral dari warga bangsa yang mempunyai peran sentral sebagai pembimbing, pembina dan penjaga moral bangsa harus dan sangat bertanggung jawab dalam proses melahirkan Pemimpin Indonesia Masa Depan.

Melahirkan dan mempersiapkan pemimpin Indonesia masa depan harus menjadi komitmen, gerakan dan tekad bersama seluruh elemen bangsa yang beorientasi pada gerakan moral, ”Generasi Muda Bagi Masa Depan Bangsa”. (GEMA BANGSA). Mempersiapkan generasi muda dalam proses pemulihan bangsa untuk menjadi garam dan terang secara holistik diberbagai bidang kehidupan bangsa (sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, agama, TNI dan Polri). Gema Bangsa diharapkan menjadi gerakan menyeluruh melanda kota-kota dan desa-desa di seluruh Indonesia, mengalir di seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadi gerakan yang luar biasa dan mengangkat derajat bangsa menjadi bangsa yang luar biasa.

Kaum Injili di Indonesia yang juga merupakan bagian integral dari warga bangsa sangat concern dengan gerakan moral karena sejalan dengan arah, garis dan bingkai perjuangan yang diformulasikan dalam Tema Kongres IX PGLII di Cipanas Jawa Barat pada tanggal 3-6 Oktober 2006, ”Kebenaran Meninggikan Derajat Bangsa” (Amsal 14:34) dan Sub Tema, ”Menegakan Kebenaran dan Keadilan untuk Membangun Masyarakat Sejahtera yang Demokratis dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila” yang menjadi arah dan bingkai perjuangan PGLII dalam periode 2006-2010.

Untuk menghasilkan pemimpin Indonesia masa depan yang memiliki kualitas yang teruji dan moralitas yang terpuji yang siap bertarung dan menang, langkahnya harus dimulai dari diri sendiri sampai pada langkah besar untuk kepentingan bangsa dengan moto PRODEO ET PATRIA, ”Bagi Tuhan dan Bangsaku” :

• Diri sendiri (personal).

- Dimanapun dan dalam jabatan/posisi apa pun siap mengabdi, meningkatakan kemampuan dan mutu pelayanan secara profesional. Siap tampil beda dan luar biasa dengan mengedepankan kejujuran, kebenaran dan kesetiaan.

• Keluarga sendiri.

- Siap membangun keluarga yang luar biasa yang diselimuti cinta kasih, damai, sejahtera dan sukacita.

- Mempersiapkan anak-anak menjadi anak-anak yang luar biasa, berprestasi tinggi dalam bidang studi dan karya serta memiliki moralitas yang terpuji.

• Komunitas sendiri.( Mesjid, Gereja, Pura, Vihara, dll)

- Siap menjadi pemimpin umat yang berkualitas.

- Siap membina umat menjadi umat yang berkualitas.

- Siap membina dan membangun hubungan yang kondusif dan berkualitas dengan komunitas lainnya.

Oleh karena itu, demi kejayaan bangsa, mari kita bangun kesadaran bersama, pikiran bersama dan aksi bersama mulai dari diri kita masing-masing, mempersiapkan Daniel-Daniel masa kini yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, ”...sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu di seluruh kerajaan” ( Daniel 1:20) dan moralitas terpuji, ”...tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja” (Daniel 1:8). Dan berujung pada pengakuan publik bahwa, ”Daniel melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu karena ia memiliki Roh yang Luar Biasa” ( Daniel 6:4). Spirit of exelent!. Melahirkan Pemimpin Indonesia Masa Depan dalam era globalisasi dengan berbagai dampaknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah keharusan dan kebutuhan yang sangat mendesak.

Demikian pula menjelang Pilpres 2009 dan Pilkada di berbagai daerah, diserukan kepada seluruh rakyat Indonesia, khususnya umat kristiani yang cinta damai, ”GUNAKAN HAK PILIH ANDA DENGAN CERDAS DAN BENAR KARENA PILIHAN ANDA MENENTUKAN MASA DEPAN BANGSA”.

Boks

PILIH YANG BENAR!

- BENAR dalam Berpikir

- BENAR dalam Berbicara

- BENAR dalam Bertindak

PILIH YANG BERKUALITAS!

- Memiliki spiritualisme yang tinggi (Spirit of exelent).

- Memiliki intelektualitas yang mampu bersaing.

- Memiliki ketahanan dan kualitas moral yang terpuji.

- Memiliki ideologi yang teruji.

- Memiliki kejujuran dan tanggung Jawab.

PILIHLAH DIA, ”Yang berjuang di jalan yang benar”

- Memperjuangkan kemajuan bangsa, tanpa membedakan agama,suku

dan bahasa.

- Mendengar, menyuarakan dan memperdulikan aspirasi rakyat.

- Membawa semangat toleransi dan solidaritas untuk semua agama,

suku dan golongan.

- Melindungi hak-hak minoritas dan seluruh agama-agama di Indonesia.

- Menolak diskriminasi apa pun bagi sesama anak bangsa.

- Secara tegas mempertahankan NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa.

PILIHLAH, ”......dia yang berlaku tidak tercela, yang melakukan apa

yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hati”.

Mazmur 15:2.

Pdt. Drs. Ign Dachlan Setiawan, MA

(Wakil Sekretaris Umum Pengurus Pusat PGLII)

Next Story : Vatikan Ucapkan Selamat Idul Fitri bagi Umat Muslim

More news in church

Mengecam Pembakaran Alquran, PGI Kirimi Surat ke Obama

Ketua Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt A. Andreas Yewangoe mengirim surat kepada Presiden AS Barack Obama yang meminta kepada Pemerintah AS untuk mencegah agar rencana dalam memperingati sembilan tahun tragedi serangan 11 September ...

Terpopuler

Headlines Hari ini