Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

'Pangeran' New York Tukar Hidup Mewah dengan Sumur Air

Lillian Kwon
Koresponden Kristiani Pos

Posted: Sep. 23, 2009 14:13:43 WIB
Pangeran-New-York-Tukar-Hidup-Mewah-dengan-Sumur-Air

Seorang anak minum dari sumur di Republik Afrika Tengah. (Foto: charity: water)

Pangeran-New-York-Tukar-Hidup-Mewah-dengan-Sumur-Air

Scott Harrison, pendiri charity: water, mengambil foto Kaime di Barra Patuca, Honduras. (Foto: charity: water)

Pangeran-New-York-Tukar-Hidup-Mewah-dengan-Sumur-Air

Seorang anak minum dari sumur air yang didanai Saks Fifth Avenue di Brus Laguna di Honduras. (Foto: charity: water)

"Dunia akan lebih baik jika lebih banyak orang hidup selayaknya mereka diciptakan untuk hidup." Untuk Scott Harrison, ini berarti meninggalkan kehidupan mewah di New York dan menyerahkan hidupnya untuk membantu 1,1 miliar orang yang tidak memiliki akses ke air bersih.

Setelah membuang iman Kristennya pada usia 18 tahun, Harrison "bekerja dalam keegoisan" selama selama sepuluh tahun, menjual botol vodka seharga $350, mempromosikan klub malam dan kegiatan fashion, dan bergaul dengan orang-orang cantik dan tampan.

"Saya menjual pelarian dan kemewahan berlebih untuk mencari nafkah," kata Harrison.

Dia seharusnya bahagia, katanya, tapi malah dihadapkan pada diri sendiri yang menjadi sangat sombong dan egois.

Menyadari bahwa dirinya telah spiritual bangkrut, Harrison mulai membaca buku The Pursuit of God dari AW Tozer, dan berdoa. Namun sebagaimana yang ia ceritakan, ia "minum dan berpesta keras di malam hari, tapi berdoa pada siang hari."

Tidak sampai enam bulan kemudian akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan New York dan mendedikasikan satu tahun dalam pelayanan untuk Tuhan dan orang miskin. Ia mengajukan diri untuk melayani sebagai seorang wartawan foto dengan Mercy Ships, organisasi amal global yang mengoperasikan kapal-kapal rumah sakit di negara-negara berkembang.

"Saya menggantikan apartemen luas di tengah kota untuk kabin berukuran 150 meter persegi dengan tempat tidur tingkat, teman-teman sekamar dan kecoak," kenangnya. "Restoran mewah digantikan oleh makan ruang makan gaya Angkatan Darat 400 + (orang). Dari pangeran di New York, saya tinggal di komunitas dengan 350 orang lain. Saya merasa seperti pengemis."

Kapal itu membawanya ke Liberia di mana ia menghadapi sebuah kemiskinan dan penderitaan manusia yang tak terbayangkan. Tidak ada listrik umum, tidak ada air ledeng, tidak ada pembuangan limbah, dan tidak ada pelayanan surat. Keluarga harus berjalan berkilo-kilo meter untuk mengumpulkan air - kotor pada saat itu - dari kolam dan genangan air.

Sudah tiga tahun kini sejak Harrison memulai Charity: water dan organisasi non-profit itu telah mengumpulkan lebih dari $ 10 juta - setiap sennya digunakan untuk membantu sekitar 750.000 orang di 16 negara untuk mendapatkan air bersih dan aman.

Charity: water, yang tidak memiliki afiliasi keagamaan, dimulai pada ulang tahunnya yang ke-31 pada bulan September 2006 ketika ia tidak lagi membeli hadiah namun memberikan sumbangan untuk pembangunan sumur-sumur air di Afrika. Sejak saat itu, ratusan orang telah bergabung, memberikan ulang tahun mereka setiap bulan September.

Bulan ini, non-profit itu bercita-cita untuk membantu 1 juta orang dengan akses ke air bersih yang membutuhkan sekitar $ 2,5 juta dalam sumbangan. Ini ambisius, aku Harrison, tapi itu hanya tujuan jangka pendek. Dia tidak akan berhenti sampai setiap orang di planet ini memiliki air yang bersih dan aman untuk diminum.

Dan dia tidak melakukan ini sendirian. Gereja, sekolah, perusahaan, individu dan bahkan beberapa klien lamanya yang pernah membeli $350 botol Grey Goose berada di sisinya.

"Kami berjalan gerak bawah bukan gerak atas," jelas Harrison. "Masalah ini hanya dapat diselesaikan melalui jaringan matematis - bukan melalui sumbangan $10 juta tapi dari sumbangan 10 juta $1."

Selain itu, model-nya yang 100 persen (di mana semua sumbangan diarahkan untuk membangun sumur air) telah membawa orang-orang yang pernah kecewa dengan organisasi amal. Donor juga ditunjukkan apa yang telah mereka beri di lapangan. Sementara itu, mereka memiliki program yang terpisah di mana donor dapat membantu pendanaan staf dan operasional.

"Saya ingin menciptakan kembali amal," kata Harrison, yang timnya baru saja pindah ke ruang kantor yang lebih besar di New York.

Mereka tumbuh 300 persen setiap tahun dan untuk tetap di jalur telah menjadi tantangan.

Selama beberapa tahun terakhir ini, Harrison melihat jawaban doa yang luar biasa dan imannya telah benar-benar tumbuh. Meskipun ribuan nyawa telah dia bantu, Harrison masih memiliki sikap rendah hati.

"Saya ... belajar bahwa Allah tidak membutuhkanku untuk mendapatkan air bersih untuk orang-orang yang membutuhkan. Saya merasa sukacita Dia memperbolehkan saya untuk menjadi bagian dari hal ini, bukan karena saya sangat diperlukan," katanya.

"Suatu hari nanti saya akan bertanggung jawab atas semua yang sudah saya katakan dan lakukan. Aku ingin itu berjalan dengan baik," katanya.

Sampai saat itu, ia mencoba untuk hidup sesuai ayat dalam buku Yakobus dalam Perjanjian Baru. "Dikatakan ibadan yang sesungguhnya adalah ini: Untuk menjaga para janda dan anak yatim piatu dalam kesusahan mereka, dan untuk menjaga dirimu sendiri agar tidak tercemar oleh dunia," katanya.

Di Web: www.charitywater.org

Next Story : Ahli: Gerakan Ke-Kristenan Pribumi, Pentakosta Meningkat

Terpopuler

Headlines Hari ini