Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Pemuka Agama Bali Tidak Akan Diskriminasi Jenazah Pengidap HIV/AIDS

Ariza Samuel
Reporter Kristiani Pos

Posted: Aug. 28, 2009 15:36:39 WIB

Kalangan tokoh agama di Bali sepakat untuk tak akan melakukan diskriminasi terhadap jenazah pengidap HIV/AIDS.

Pengurus Parisadha Hindu Dharma Indonesia Bali Raka Santeri menyatakan, diskriminasi terjadi karena masyarakat masih menggunakan perasaan saat menangani jenazah. "Padahal virus sudah tidak menular beberapa saat ketika pengidapnya meninggal," ujarnya Kamis, seperti diberitakan Tempo Interaktif.

Pihaknya akan membentuk tim relawan untuk mendampingi kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat terjun ke desa-desa di Bali untuk menyosialisasikan masalah ini.

Dalam ajaran Hindu terdapat keyakinan bahwa jenazah orang yang mati harus dihormati dan diperlakukan secara terhormat. Bahkan abu jenazah akan ditempatkan secara khusus di lingkungan rumah keluarga sebagai simbol bahwa mereka masih menjadi satu kesatuan keluarga besar.

Sementara wakil dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali Raihan Muhlis menegaskan, diskriminasi tidak boleh dilakukan kepada jenazah maupun pengidap HIV yang masih hidup. Apalagi sudah muncul kasus penularan HIV bukan karena penyimpangan perilaku seperti seks bebas dan penggunaan narkoba. “Ada yang tertular karena kelahiran, misalnya,” ujar Raihan Muhlis. Kalaupun tertular karena perilakunya, masyarakat harus tetap memberikan pertolongan dan tidak menjatuhkan stigma buruk, karena penghakiman atas dosa merupakan hak tuhan semata.

Kesepakatan kalangan tokoh lintas agama sendiri muncul, setelah sebelumnya ada laporan dari kalangan LSM pendamping pengidap HIV tentang masih terjadinya diskriminasi oleh masyarakat terhadap pengidap dan jenazah pengidap HIV. Jenazah mereka ditolak oleh Desa Adat dan tidak ditangani sebagaimana mestinya. Masyarakat masih ragu apakah jenazah itu tidak akan menulari bila disentuh dan didekati. “Bahkan ketika dibakar, mereka khawatir asap pembakaran membawa virus," kata K Antin dari LSM Bali Plus.

Menurut Antin, perlakuan itu dinilai makin memperkuat diskriminasi terhadap pengidap HIV sehingga perawatan dan pencegahan penularan HIV makin sulit dilakukan.

Sementara itu pada awal Agustus, para ahli dari 65 negara berkumpul di Bali untuk menilai kemajuan dalam perang melawan HIV/AIDS di Asia dan Pasifik, di tengah kekhawatiran hanya 25 persen dari 1,7 juta orang dengan HIV / AIDS di kawasan itu yang membutuhkan pengobatan yang menerimanya.

Di Indonesia, di mana kasus HIV/AIDS melonjak tiga kali lipat sejak tahun 2005 menjadi 26.632, menurut angka resmi, tahanan dan pelaku prostitusi bergabung dengan pengguna narkoba suntikan menjadi kelompok-kelompok yang paling berisiko.

Sepertiga dari 254 kematian dalam penjara pada Mei tahun ini disebabkan oleh HIV / AIDS.

Dan yang paling memprihatinkan salah satu epidemi HIV terburuk di luar Afrika berlangsung di provinsi Papua, di mana 2,4 dari setiap 100 orang terinfeksi akibat masuknya pekerja migran dan meledaknya industri seks. Namun demikian, prevalensi HIV di wilayah ini masih rendah dibandingkan dengan Afrika.

Next Story : Kesadaran akan Ideologi Pancasila Mengalami Degradasi, kata Pejabat Intelejen

Terpopuler

Headlines Hari ini