Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Pentingnya Pemahaman Historis Konflik Palestina-Israel Guna Terwujudnya Solusi Damai


Posted: Jan. 14, 2009 18:36:52 WIB
pentingnya-pemahaman-historis-konflik-palestina-israel-guna-terwujudnya-solusi-damai

Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Al Mehdawi berbicara dalam acara diskusi panel, Selasa (13/1) di Universitas Paramadina, Jakarta. (Foto: Kristiani Pos)

pentingnya-pemahaman-historis-konflik-palestina-israel-guna-terwujudnya-solusi-damai

Beberapa perwakilan tokoh agama berdoa bagi perdamaian di Gaza. (Foto: Kristiani Pos)

JAKARTA - Dalam acara diskusi panel yang diselenggarakan oleh Inter Religious Solidarity Committee for Palestine People bekerjasama dengan Himpunan Warga Gereja Indonesia (HAGAI) serta Center for Islam and States Studies, Selasa (13/1) di Universitas Paramadina, Jakarta kemarin menghadirkan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Al Mehdawi sebagai pembicara utama guna memberikan gambaran tentang latar belakang konflik sesungguhnya yang saat ini tengah berlangsung di Palestina.

Ikut hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut Prof. DR. Hj. Siti Musda Mulia (Ketua I.C.R.P).

Dalam pernyataan awal pembuka diskusi , Fariz Al Mehdawi menegaskan bahwa apa yang terjadi di Palestina sesungguhnya adalah permasalahan politik bukannya agama, dan bahwa konflik antara Palestina dan Israel merupakan konflik politik yang telah terjadi sekitar 100 tahun silam.

Ditekankan juga bahwa konflik politik tersebut harus segera diselesaikan oleh semua politisi dari semua pihak yang terkait di dalamnya.

Lebih lanjut Fariz menjelaskan secara gamblang bahwa apa yang melatarbelakangi konflik ini bermula dari melemahnya pemerintahan kerajaan Usman Ismail yang kekuasaannya meluas sampai ke Maroko dan sampai ke Austria. Terjadinya konspirasi untuk menggulingkan pemerintahan Usman, yang mana terjadi pertentangan antara Muslim Arab sendiri dan bekerjasama dengan kolonioal Inggris, namun kemudian muncul perasaan nasionalis antara kedua belah pihak yang bukan didasarkan pada pertentangan antar agama.

Akan tetapi pada saat itu, oleh para politisi agama dijadikan sebagai alat untuk memobilisasi pertentangan-pertentangan sehingga memuncak menjadi perang.

Dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi di negara Palestina maupun di negara Arab bukanlah pertentangan yang disebabkan oleh agama akan tetapi oleh konflik kepentingan oleh masing-masing bangsa yang ada di zajirah Arab yang mana dampaknya bagi Palestina begitu besar sampai saat ini.

Ide untuk mendirikan negara Israel , yang mana dalam pandangan orang Yahudi barat maupun Yahudi Arab sebenarnya tidak menghendaki pembentukkan negara yang sifatnya ekstrim, karena mereka berpendapat bahwa suatu negara itu harus dibangun atas perasaan kebangsaan dan bukannya karena agama.

Ide untuk mendirikan negara dengan satu agama itu bukanlah ide yang bisa dilakukan tetapi juga tidak dapat dipaksakan, menurutnya.

Pada 1945 kolonialis mencoba untuk mencari pembenaran tentang tanah air bangsa Yahudi.

Berdasarkan historisnya, jelas bahwa akar permasalahan dari konflik yang terjadi antara kedua belah pihak merupakan akibat dari kolonialisme, kependudukan Amerika dan yang terpenting adalah kemerdekaan Palestina itu sendiri,”tandas Fariz.

Palestina sendiri mempunyai beberapa opsi yakni apakah akan hidup saling berdampingan dengan yang lain atau tidak dan opsi lainnya adalah opsi perdamaian. Opsi terakhir inilah yang tengah diupayakan untuk dapat menyelesaikan konflik Palestina yang makin memanas saat ini.

Mendistorsi konflik Palestina yang tengah terjadi saat ini menjadi perang agama, dianggap telah merugikan rakyat Palestina, karena akan menyebabkan melemahnya dukungan internasional karena menjadi terfragmentasi dan tidak bulat.

Rakyat Palestina adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari umat Islam dan Kristen yang hidup rukun dan damai sejak ratusan tahun lalu.

Ada berbagai macam aliran gereja yang berdiri di sana, salah satunya Ortodoks dan ada sekitar 75 bangunan gereja di Palestina.

Dalam sesi akhir diskusi tersebut, Musda Mulia menyatakan bahwa apa yang di uraikan oleh Dubes Palestina tersebut sangat penting dan seharusnya didengar oleh kelompok mayoritas Muslim untuk tidak mereduksi konflik politik dan kekuasaan yang terjadi di Palestina menjadi konflik agama, karena itu sangat menyesatkan. Dan penting untuk dapat mengetahui latar belakang sejarah baik Palestina dan Israel yang mana kedua negara tersebut sama-sama menderita dan memiliki beban historis yang tidak mudah untuk dilupakan.

Fariz kembali menegaskan bahwa Palestina tidak mengemis untuk bantuan tetapi Palestina ingin diberi suatu keadilan yang bermartabat, dan berharap agar bangsa Indonesia dapat mengerti dan memaknai perjuangan Palestina sebagai suatu negara dan bukan dalam artian perang yang terjadi sebagai suatu perang agama, akan tetapi perang untuk suatu kemerdekaan untuk membangun martabat dan politik Palestina sebagai negara yang merdeka.

Next Story : Dewan Gereja "Hanya Minta Damai" di TimTeng

More news in africa

Otoritas Palestina Pugar Gereja Kelahiran Yesus Kristus

Otoritas Palestina dan pemimpin Kristen, Kamis (2/9) menandatangani kesepakatan untuk merenovasi gereja tempat kelahiran Kristus di Bethlehem yang ada di lokasi tempat kelahiran Yesus. ...

Terpopuler

Headlines Hari ini