Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Dua Gereja Indonesia Menerima Ancaman Bom

Steven Pramono
Reporter Kristiani Pos

Posted: Oct. 16, 2009 13:17:08 WIB

Sebuah gereja di wilayah DKI Jakarta dan gereja lainnya di Bekasi telah menerima ancaman bom baru-baru ini.

Pendeta dari gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Jalan Bogor, Jakarta Timur, menerima ancaman telepon sebelum kebaktian Minggu 4 Oktober. Penelepon yang tak dikenal menelepon ponsel Pdt Abidan Simanungkalit dan berkata kalau bom akan meledak di kebaktian pagi.

"Saya sangat terkejut," katanya. "Saya langsung menelepon pemimpin gereja dan kemudian menelepon polisi."

Polisi dan petugas penjinak bom kemudian datang ke lokasi dan menyisir wilayah itu, dan menemukan paket hitam di tempat sampah di bagian depan gedung gereja. Paket itu berisi empat baterai besar, jam dinding kecil, dan kaleng. Setelah dua jam polisi memutuskan paket itu bukan bom.

Pihak berwenang menduga penelepon tidak bisa membuat bom yang sebenarnya tapi ingin mempublikasikan ancaman.

Pendeta Simanungkalit berkata anggota jemaat terkejut karena ancaman bom dan kebaktian pagi berjalan tidak nyaman. "Mereka panik dan takut," katanya kepada Compass Direct News. "Jemaat terus-menerus keluar dan memeriksa situasi."

Gereja tidak pernah punya masalah dengan siapa pun yang mengarah pada ancaman tersebut, tambahnya.

"Semuanya damai," kata Simanungkalit. "Karena dekat dengan kantor polisi, keamanan dirasa cukup terjaga."

Sementara itu di Bekasi utara, seorang pemimpin gereja dari jemaat Bethel Indonesia juga menerima ancaman yang sama di hari sebelumnya yaitu 3 Oktober.

Jeffry Lalamentik berkata ia menerima ancaman lewat ponselnya, dan penelepon yang tidak dikenal mengatakan, "Gereja bapak akan dibom saat kebaktian pagi."

Setelah menerima ancaman, kata Lalamentik, ia menghubungi Pdt Daniel Susanto, yang segera menelepon polisi. Pasukan penjinak bom tak lama tiba dan melakukan pencarian menyeluruh, namun tidak menemukan bahan peledak.

Lalamentik berkata ada alasan untuk menganggap ancaman itu serius. Bulan Juli lalu sejumlah kelompok Islam radikal, termasuk Front Pembela Islam, Iqra Echo dan Forum Komunikasi dan Silaturahmi Masjid-Mushola (FKSMM) di Bekasi, menuntut agar gereja ditutup.

Gereja itu beribadah di sebuah rumah pribadi di sebuah kompleks perumahan.

"Kami sedang membangun gedung gereja permanen," kata Lalamentik. "Sebelum jadi, kami beribadah di rumah Pendeta Daniel."

Pendeta Susanto berkata mereka sudah memperoleh izin untuk membangun gereja dari pejabat Bekasi di bulan April. Organisasi-organisasi Muslim, katanya, menentang pertemuan gereja di rumahnya, dimana ibadah telah berlangsung sejak tahun 2000.

"Kami biasanya beribadah di rumah saya, tapi kadang-kadang pindah ke rumah-rumah lain," kata Susanto.

Ia menambahkan kalau massa Muslim yang berjumlah sekitar 600 orang juga berdemonstrasi di depan kantor-kantor pemda Bekasi dan menuntut penutupan kebaktian gereja Bethel Indonesia, dan menentang pembangunan gereja.

Menurut Budi Santosa dari FKSMM, surat-surat yang diperlukan untuk izin bangunan tidak lengkap karena rekomendasi dari Forum Komunikasi Antar Agama setempat sudah hilang.

Kelompok-kelompok Muslim telah menemui wakil walikota Bekasi, Mochtar Mohammad, dan wakil pemimpin Dewan Kota Bekasi, Ahmad Syiakhu, serta beberapa pejabat lainnya. Santosa mengatakan pihak berwenang sedang mempelajari keberatan organisasi Islam baik terhadap baik ibadah gereja rumah maupun gedung gereja namun belum mengambil tindakan.

Next Story : Membela Warga, Pastor Rantinus Jadi Tersangka Perambah Hutan

Terpopuler

Headlines Hari ini