Korea Utara Eksekusi 80 Tahanan Secara Publik; Kejahatan Atas Kepemilikan Alkitab

Sign Up for Free eNewsletter ››
  • ((Photo: Reuters/KCNA))
    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam pertemuan operasi darurat pada kinerja Angkatan Darat Rocket Force yang mogok anti senjata di Supreme Command di Pyongyang, 29 Maret 2013.
1/1
By Stoyan Zaimov, Christian Post Reporter
November 13, 2013| 08:20 am

Korea Utara dilaporkan telah mengeksekusi 80 tahanan di beberapa kota, sebagian karena pelanggaran atas kepemilikan sebuah Alkitab. Lembaga Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa eksekusi adalah tanda dari rezim Kim Jong-un yang semakin ditakutkan oleh rakyatnya sendiri.

"Eksekusi ini merupakan cerminan dari dua hal: Pertama, tidak seperti ayahnya, Kim Jong-Il, Kim Jong Eun telah bekerja secara agresif untuk mengkonsolidasikan kekuasaan setelah ayahnya meninggal. Kim Il Song telah mempersiapkan transisi ke.putranya Kim Jong-il dan ia sudah dalam peran kepemimpinan utama ketika Kim Il Song meninggal," Suzanne Scholte, Presiden Lembaga Hak Asasi Manusia Defense Forum Foundation mengatakan kepada The Christian Post pada hari Selasa dalam sebuah email.

"Kedua, ini adalah refleksi dari sebuah rezim yang semakin ditakutkan rakyatnya sendiri dan telah mengirimkan pesan kuat dan brutal dengan melakukan eksekusi kepada publik. Kita tentu telah melihat eksekusi yang digunakan oleh Kim Jong Il sebelumnya."

Surat kabar JoongAng Ilbo Korea Selatan melaporkan bahwa eksekusi skala besar rupanya terjadi di beberapa kota pada awal bulan ini dan ini adalah eksekusi skala besar pertama yang dilakukan oleh rezim Kim Jong-un.

Delapan dari tahanan yang dieksekusi rupanya ditembak oleh senapan mesin setelah diikat di stadion lokal di kota Wonsan. Sebuah sumber mengatakan kepada surat kabar Korea Selatan bahwa lebih dari 10.000 orang menyaksikan pembunuhan itu dan mayat-mayat itu "penuh dengan tembakan senapan mesin yang sulit untuk diidentifikasi."

Beberapa eksekusi dihukum karena hal-hal yang sangat menentang hukum Korea Utara seperti menonton film Korea Selatan atau memiliki sebuah Alkitab. Kerabat mereka juga ikut dikirim ke penjara terkenal di negara itu.

Follow us Get CP eNewsletter ››

Umat Kristiani menghadapi penganiayaan yang intens di Korea Utara, yang berada di peringkat terburuk di dunia dalam hal penganiayaan umat Kristiani menurut Badan Pengawas Open Doors. Awal tahun ini, dua orang Kristen tewas karena iman mereka dan pekan lalu misionaris Kristen Kenneth Bae (asal Amerika) menjadi tahanan paling lama di sana sejak akhir Perang Korea pada tahun 1953.

Scholte, yang telah bekerja secara ekstensif pada isu-isu hak asasi manusia di Korea Utara, mengatakan kepada CP bahwa hal itu sudah terlihat dari awal rezim Kim Jong-un yang sama dengan rezim sebelumnya. Hal tersebut menghancurkan setiap harapan bahwa Korea Utara akan mulai membangun jembatan ke seluruh dunia.

"Awalnya mengancam akan membunuh tiga generasi keluarganya jika hanya satu anggota keluarga melarikan diri selama periode 100 hari setelah kematian Kim Jong-il," kata Presiden Defense Forum Foundation.

"Sejak saat itu, Kim Jong Eun telah meluncurkan celah brutal bagi mereka yang mencoba untuk melarikan diri dari Korea Utara dan ini telah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah pengungsi ke Korea Selatan dan negara-negara lain."

Pada bulan September, Koalisi Kebebasan Korea Utara meluncurkan kampanye mendesak Presiden Cina Xi Jinping untuk mengakhiri kebijakan negaranya mengirim pengungsi Korea Utara kembali ke rumahnya karena mereka akan menghadapi kematian atau dipenjara.

Scholte menyerukan kepada komunitas internasional untuk menyerukan akhir kediktatoran Kim dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia di Korea Utara.

"Sudah saatnya bagi kepemimpinan Korea Utara untuk membuka negaranya terhadap reformasi dan perubahan dan mengakhiri kediktatoran generasi ketiga," tambahnya.

 
Advertisement
comments powered by Disqus