26.000 Umat Kristiani Akan Berkumpul di Mesir dalam Evangelical Event Amid Risk of Violent Persecution

Sign Up for Free eNewsletter ››
  • ((Photo: Reuters/Stringer))
    Umat Kristen Koptik Mesir membawa salib dan doa di Katedral Abassaiya, di Kairo.
1/1
By Jessica Martinez, Christian Post Reporter
November 15, 2013| 06:36 pm

Sebuah acara penginjilan, "Count it Right," dimulai malam lalu di Mesir dimana ribuan umat Kristiani diperkirakan akan hadir selama tiga hari meskipun kenyataannya mereka menghadapi penganiayaan.

"Karena pihak penyelenggara tidak tahu berapa banyak umat Muslim telah membeli tiket untuk rally, tolong doakan mereka agar hidup mereka dapat diubahkan untuk mengenal Yesus sebagai Juruselamat mereka dengan kasih yang akan mereka rasakan dari para staf dan lewat pesan," tulis Open Doors dalam situsnya, sebuah pelayanan yang berbasis di California yang membantu umat Kristiani di negara-negara yang paling menindas dan membatasi dunia.

Selama acara tersebut lebih dari 1.000 pekerja, pengkhotbah, relawan dan para artis Kristiani akan memberikan kesempatan untuk kebaktian pagi dan malam. Para peserta juga akan dapat berpartisipasi dalam acara olahraga motor ekstrim, sebuah galeri seni dan pertunjukan teater yang telah direncanakan untuk menyampaikan Injil dalam bentuk yang kreatif.

Open Doors tidak mensponsori acara tersebut dan bekerja di Mesir seringkali memfasilitasi secara diam-diam karena masalah keamanan. Mesir berada pada peringkat ke-25 World Watch List dalam 50 besar negara dengan masalah penganiayaan umat Kristiani terburuk.

Di bawah Konstitusi Mesir, umat Kristiani bebas mempraktekkan iman mereka tetapi penganiayaan telah menyebar luas karena umat Muslim telah berusaha menyangkal hak-hak tersebut sejak revolusi tahun 2011 yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak. Setelah gejolak revolusioner di negara tersebut, ribuan umat Kristiani melarikan diri dari Mesir karena peningkatan kekerasan terhadap mereka yang masih terjadi sampai hari ini. Baru-baru ini, ketegangan antara Kristen dan pendukung Ikhwanul Muslimin berubah menjadi kekerasan sebagai akibat digulingnya Presiden Mohamed Morsi pada bulan Juli.

Follow us Get CP eNewsletter ››

Morsi adalah anggota Ikhwanul Muslimin dan setelah ia digulingkan komunitas Kristen Koptik Mesir disalahkan oleh ekstrimis, yang dipaksa untuk melanjutkan kekerasan terhadap mereka dalam upaya untuk mendapatkan kekuasaan kembali.

Menurut Todd Daniels, manajer regional Timur Tengah untuk organisasi International Christian Concern bahwa penganiayaan umat Kristiani juga disebabkan oleh ketidakmampuan atau keengganan aparat keamanan untuk memberikan perlindungan bagi gereja-gereja.

"Hal ini telah menyebabkan banyak umat Kristiani rentan terhadap serangan dan karena bebas dari hukuman sehingga menjadikan mereka jauh berani lebih untuk menyiksa umat Kristiani," kata Daniels kepada The Christian Post. "Hal ini telah mengakibatkan peningkatan penculikan di seluruh hulu Mesir, serangan terhadap gereja-gereja, pemerasan uang dan pelanggaran lainnya. Pada kebanyakan kasus, komunitas Kristen telah menyerukan bantuan namun tidak ada jawaban. "

Namun, menurut Open Doors, gereja-gereja Injili terus bertumbuh ditengah munculnya penindasan. Saat ini umat Kristiani berjumlah 10-12 juta penduduk  di Mesir, namun belum diketahui angka pastinya karena mereka yang tinggal di daerah pedesaan tidak termasuk dalam data sensus disebabkan mereka tidak memiliki identifikasi yang tepat.

"Roh Kudus sungguh-sungguh bekerja di Mesir," kata Jerry Dykstra, Direktur Hubungan Media Open Doors. "Akan ada kebangkitan dan banyak yang akan datang kepada Kristus. Ya, ada banyak bahaya bagi umat Kristen terumata dari ekstrimis Muslim. Namun selama beberapa dekade kita telah melihat bahwa dalam masa penganiayaan besar Injil diberitakan dan banyak orang berpaling kepada Tuhan."

 
Advertisement
comments powered by Disqus