Puluhan Ribu Umat Kristiani Menderita Karena Menolak Tuhan yang Palsu

Sign Up for Free eNewsletter ››
  • ((PHOTO: REUTERS/KIM HONG-JI))
    Warga Korea Utara membungkuk di hadapan patung Kim Il-sung (kiri) dan Kim Jong-il di Bukit Mansu, di Pyongyang pada tahun 2012.
1/1
By Nicola Menzie, Christian Post Reporter
January 17, 2014| 05:05 am

Badan pengawas Open Doors merilis daftar dalam 12 tahun berturut-turut mengenai penganiaya umat Kristiani terburuk di dunia, salah satunya Korea Utara yang telah memenjarakan antara 50.000-70.000 umat Kristiani karena tidak mau menghormati "Dear Leader” mereka, gelar yang diprakarsai oleh diktator sebelumnya Kim Jong-il dan diadopsi oleh anaknya Kim Jong-un, yang dianut sebagai dewa.

"Memang tidak ada yang membaik bagi umat Kristiani sejak Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan," Open Doors menyatakan dalam World Watch List 2014 dengan 50 negara yang mengalami penganiayaan terhadap umat Kristiani karena alasan agama adalah yang paling parah. Ada sekitar 300.000 umat Kristiani di Korea Utara secara resmi dikenal sebagai Republik Demokrat Rakyat Korea.

Open Doors menambahkan, "Para penguasa yang disembah seperti Tuhan tidak ada di agama lainnya. Setiap penghormatan tidak terkonsentrasi pada dinasti Kim namun akan dilihat berbahaya. Jika mereka menemukan maka keluarga mereka akan dihukum. Bahkan jika mereka bukan umat Kristiani, maka anggota keluarganya akan menjalani hukuman di kamp pendidikan. Umat Kristiani akan dikirim ke kamp politik."

"’Sepuluh Besar Prinsip Pembentukan Sistem Ideologi Kesatuan' adalah norma tertinggi yang mengatur kehidupan rakyat Korea Utara," menurut Aliansi Citizens untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara. Prinsip-prinsip dan 65 pasal pertama kali disusun oleh pendiri DPRK Kim Il-sung pada tahun 1967 secara resmi dimulai oleh Kim Jong-il pada tahun 1974.

"Korut telah lama menjadi salah satu negara yang paling gelap dan paling terisolasi di dunia terutama bagi umat percaya. Kim Il-sung menjadi 'Pemimpin Besar' dari Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) pada tahun 1948, setelah komunis mengambil alih di utara. Ia dengan segera menutup semua gereja dan memberantas agama Kristen. Diperkirakan sekitar 300.000 umat Kristiani menghilang dan sekitar 100.000 lainnya dikirim ke kamp kerja paksa. Hampir semua pendeta dan imam dieksekusi sehingga menambah jumlah martir,” laporan dari Voice of the Martyrs, bada pengawas penganiayaan lainnya.

Ironisnya menurut doktrin Juche dilaporkan berdasarkan aspek agama Kristen, pendiri DPRK dan anaknya dibesarkan di rumah dari keluarga Protestan. Kim dilaporkan menerima pelajaran sebagai seorang Kristen dan mengubahnya untuk memposisikan dirinya sebagai Tuhan dan anak Kim Jong-il sebagai anak Allah, dengan pemimpin saat ini Kim Jong-un sebagai ke-tritunggalan.

Follow us Get CP eNewsletter ››

Menurut International Christian Concern bahwa tidak ada toleransi bagi orang luar yang menyebarkan ideologi yang bertentangan di negeri tersebut, dengan kasus terbaru adalah misionaris Kristen dan warga negara AS Kenneth Bae. Bae, yang keluarganya tinggal di Washington, dijatuhi hukuman pada tahun lalu selama 15 tahun di kamp kerja paksa karena tindakannya yang dianggap mengancam Korea Utara. Misionaris yang berbasis di China itu ditangkap pada tahun 2012 saat bekerja sebagai pemandu wisata di Korea Utara. Ia telah lebih lama ditahan daripada warga negara AS lainnya sejak Perang Korea.

"Seharusnya tidak ada yang menghadapi hukuman penjara seperti ini hanya karena keyakinan agama mereka, namun ribuan pria, wanita, dan anak-anak hidup seperti di neraka hanya karena mereka memilih menjadi Kristen," Isaac Six, Manajer Advokasi ICC mengatakan kepada Fox News pada peringatan satu tahun penahanan Bae.

"Harapan kami adalah agar dunia melihat ini sebagai kesempatan untuk bangkit dari apa yang telah terjadi di Korea Utara dan menyerukan akhir dari kekejaman yang dilakukan oleh rezim jahat Kim Jong-un."

Diyakini ada sekitar 200.000 orang disiksa, dibunuh, kelaparan, atau diperkosa di gulag Korea Utara, dimana orang tua dan anak-anak, beberapa di antaranya lahir di kamp-kamp tersebut yang juga dihitung sebagai tahanan.

"Mantan narapidana Korea Utara dan penjaga penjara menyatakan bahwa tahanan keagamaan biasanya diperlakukan lebih buruk dari tahanan lain. Mereka umumnya diberikan tugas yang paling berbahaya di kamp kerja paksa dan menjadi korban pelecehan yang memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka," lapor Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat tahun 2013.

Open Doors, Voice of the Martyrs, International Christian Concern, dan Seoul USA adalah di antara beberapa organisasi yang bekerja untuk membantu memberdayakan warga Korea Utara dan membawa kisah mereka.

 
Advertisement
comments powered by Disqus