Hot Topics » Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Doa Lintas Agama untuk Tokoh Pluralisme

Rosa H.
Reporter Kristiani Pos

Posted: Jan. 03, 2010 07:11:34 WIB
doa-lintas-agama-untuk-tokoh-pluralisme

Masyarakat dan tokoh lintas agama menggelar doa bersama untuk mengenang almarhum mantan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (2/1/2010). (Foto: Kompas.com)

JAKARTA - Ratusan orang lintas agama dan suku bangsa membaur bersama berdoa untuk Gus Dur di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (2/1/2010) malam.

Acara digelar untuk mengenang dan berdoa untuk tokoh pluralisme KH Abdurrahman Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur, sekaligus pernyataan tekad untuk melanjutkan aspi semangat pluralisme yang telah dirintis Gus Dur.

Acara doa bersama semakin hikdmat dengan penyalaan lilin yang diawali oleh Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur, menyalakan lilin yang kemudian diteruskan secara estafet kepada semua peserta. Mewakili keluarga, Inayah juga menyampaikan terima kasih atas besarnya dukungan masyarakat. ”Itu bukti atas hasil yang sudah dilakukan ayah sepanjang hidup. Bukti pengabdian beliau kepada masyarakat dan kecintaan beliau terhadap manusia. Satu hal yang pasti, saya ingin mengingatkan, semua ini belum cukup. Kita harus meneruskan perjuangan Bapak untuk kemanusiaan,” ujarnya seperti dikutip Kompas.

Dalam kesempatan yang sama, beberapa tokoh juga menyampaikan kesan dan pengalaman mereka selama mengenal Gus Dur dalam acara yang diberi tajuk ”Sejuta Lilin Duka Lintas Iman untuk Gus Dur”. Para tokoh itu di antaranya Ulil Abshar Abdalla, Djohan Efendi, Pendeta Albertus Pati, Romo Beni Susetya, BM Billah, Todung Mulya Lubis, Syafii Anwar, dan Sudhamek.

Kesan yang paling kuat yang disampaikan para tokoh itu adalah sosok Gus Dur sebagai pejuang pluralisme, demokrasi, dan kemanusiaan. Selain itu, Gus Dur juga dikenang sebagai sosok yang punya pendirian yang keras dan berani melawan terhadap kezaliman, sekalipun itu harus melawan mainstream.

BM Billah menyebutkan, salah satu sumbangan terbesar Gus Dur adalah meletakkan fondasi Islam sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi alam, khususnya di Indonesia. Dengan prinsip itu, Gus Dur membawa umat Islam untuk menghormati secara tulus dan dalam iman terhadap umat agama lain. ”Sehingga yang lain merasa aman dan dihormati,” katanya.

Prinsip itu juga dirasakan betul oleh Romo Beni dan Pendeta Albertus Pati. ”Saya pendeta, tetapi merasa sebagai anak ideologi Gus Dur. Artinya, saya sangat setuju dengan pandangan dia karena dia membela perdamaian dan minoritas. Integritas yang dia miliki layak dan boleh dicontoh kita semua. Rakyat Indonesia apa pun agama dan suku bangsanya mendoakan Anda, Gus,” ujar Albertus.

Penyalaan lilin sebagai lambang bahwa Gus Dur selama ini menjadi cahaya di tengah kegelapan bangsa juga berlangsung di Tugu Muda Kota Semarang, Sabtu, yang diikuti anak-anak muda dari berbagai lintas agama. Acara diisi dengan pembacaan puisi dan aksi teatrikal untuk mengenang sosok Gus Dur.

Romo Aloysius Budi Purnomo Pr dari Gereja Katedral Semarang menyebut, sosok Gus Dur menjadi cahaya bagi keagamaan dan keberagaman masyarakat Indonesia. Menurutnya, tidak cukup hanya mengenang Gus Dur, kita yang masih hidup juga harus berkomitmen untuk mewujudkan hal serupa.

Selain mengenang Gus Dur, malam itu jaringan antariman seluruh Indonesia juga mengenang wafatnya ekonom Frans Seda. Aloysius mengatakan, Frans Seda dan Gus Dur memiliki komitmen yang sama, yaitu berjuang untuk keadilan.

Next Story : Paus Kirimkan Doa Belasungkawa untuk Gus Dur

Terpopuler

Headlines Hari ini