Hot Topics » Hot Topics Pakistan Swat valley Sri Lanka conflict Abortion Barack Obama India Lausanne Movement

Interaktif

Gereja Harus Jadi "Sekolah Kehidupan" Bagi Jemaat

Maria F.
Reporter Kristiani Pos

Posted: Apr. 18, 2009 20:31:48 WIB

Pdt. Erastus Sabdono berkotbah dalam acara Dies Natalis Seminari Bethel ke-53, Rabu (15/4/2009). (Foto: Kristiani Pos)

Tanpa mengerti apa isi dan tujuan hidup yang dikehendaki Tuhan, pelayanan pekerjaan Tuhan dalam bentuk berbagai aktivitas rohani atau kegiatan gereja hanya sekadar profesi penyambung hidup “hamba Tuhan” bahkan sampai pada kesibukan mencari uang, memuaskan ambisi pribadi yang belum dimatikan atau paling tidak sebuah untuk hidup wajar sebagaimana layaknya manusia lain hidup.

Bagaimana para hamba Tuhan dapat memberikan dampak kepada jemaat yang dilayaninya. Dan apa esensi dari pelayanan itu sesungguhnya diuraikan oleh Pdt. Erastus Sabdono dalam sesi seminar dalam rangka Dies Natalis Seminari Bethel ke-53, dengan mengangkat tema “Impacting servant of Christ”, (15/4/2009), di Gedung ITKI, Jakarta.

Selama ini tujuan pelayanan banyak gereja dan “hamba Tuhan” adalah agar jemaat diberkati Tuhan dalam bentuk usahanya, bisnis atau pekerjaannya menjadi maju, keluarga harmonis, anak-anak berhasil dalam studi dan karir serta mendapat jodoh yng baik sesuai kemauan orangtua, semua anggota keluarga sehat, kalau ada yang sakit segera Tuhan sembuhkan, bila ada persoalan dalam kehidupan Tuhan segera menolong, hidup bisa dijalani lebih mudah dan bisa membuktikan kepada masyarakat bahwa anak-anak Tuhan itu beruntung seperti yang mereka lihat dengan ukuran keberhasilan yang dipaparkan diatas.

Tujuan pelayanan seperti diatas bisa membuat rencanan Tuhan tidak dikenali oleh umat-Nya.

Umat Tuhan bisa tidak mengenali apa isi dan tujuan kehidupan yang dikehendaki oleh Bapa di Sorga. Bertahun-tahun menjadi Kristen bahkan turut serta mengambil bagian dalam pelayanan, tetapi belum mengerti bagaimana seharusnya hidup sebagai anak tebusan Tuhan yang benar.

Kebanyakan orang Kristen mempunyai paradigma dimana menjadi Kristen pasti beroleh banyak berkat, baik fisik maupun rohani,”ujar Pdt. Erastus Sabdono.

Banyak aktivitas rohani dan kegiatan gereja yang disebut sebagai pelayanan, ternyata bukan atau belum benar-benar menyentuh esensi pelayanan yang Tuhan Yesus maksudkan.

Seminar “Impacting servant of Christ” dalam acara Dies Natalis Seminari Bethel ke-53, (15-17 April 2009), di Gedung ITKI,Jakarta. (Foto: Kristiani Pos)

Esensi pelayanan yang Tuhan ajarkan adalah bagaimana setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus menterjemahkan iman percayanya dalam perbuatan, seperti teladan iman Abraham, yang mana iman tanpa perbuatan seperti tubuh tanpa roh.

Harus ada tindakan konkrit sebagai wujud pengejawantahan iman tersebut. Untuk itu, menurut Pdt. Erastus Sabdono diperlukan tiga tindakan iman untuk menterjemahkan iman percaya umat percaya dalam perbuatan, yakni: pertama memindahkan hati dari dunia ini ke dalam kerajaan Sorga, ini berarti tidak mengharapkan memiliki dan menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya, karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada (Matius 6:21).

Kedua adalah memberi diri sepenuhnya bagi proses pendewasaan agar Tuhan bisa meng”cloning” sampai pada tahap memperagakan pribadi Kritus. Dan yang ketiga, menyerahkan diri sepenuhnya bagi Tuhan yang telah membeli kita dengan darah-Nya yang mahal.

Semua rangkaian iman tersebut merupakan langkah-langkah sekolah kehidupan yang prosesnya sepanjang hidup seseorang.

Melayani adalah pangilan hidup setiap orang percaya, tetapi panggilan ini bukanlah dasar yang memotori seseorang bergerak melayani Tuhan. Jika demikian panggilan akan menjadi suatu kewajiban atau tugas, kemudian menjadi profesi,”imbuhnya.

Tidak jarang pelayanan menjadi sarana untuk memperoleh hidup layak, dengan ukuran keberhasilan yang sama dengan anak-anak dunia yakni materi, jabatan, dan penghormatan. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang merasa memiliki panggilan sebagai hamba Tuhan yang melayani pekerjaan-Nya menemukan peluang untuk “sukses”.

Pelayanan haruslah sebuah ekspresi atau buah dari pendewasaan rohani yang benar dari sekolah kehidupan, yang melahirkankan jiwa hamba “seperti Yesus”. Hal ini terjadi sebab harus memperagakan pribadi-Nya atau menterjemahkan semangat-Nya dalam kehidupan secara konkrit , yang mana bukan “to do” tetapi “to be”, bukannya harus melakukan tetapi sudah merupakan sesuatu yang alami atau menjadi kodrat orang percaya untuk melayani.

Pdt. Erastus Sabdono juga menegaskan bahwa pelayanan yang benar pasti tidak akan berfokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi berfokus pada pemberitaan kebenaran yang murni dari apa yang diajarkan Tuhan Yesus.

Gereja harus menjadi “sekolah Alkitab” yang mendidik jemaat menjadi pelayan-pelayan Tuhan hasil dari pendewasaan dan peragaan pribadi Kristus. Seluruh kegiatan gereja harus memiliki jiwa ini, inilah esensi dari pelayanan sesungguhnya,”tandasnya.

Dengan kehausan dan kelaparan akan kebenaran, jemaat terpacu atau terdorong untuk bertumbuh dalam kebenaran dan mengenakan kebenaran sebagai bagian dari proses “cloning”.

Untuk itu, para hamba Tuhan harus masuk dalam proses cloning terlebih dahulu, sehingga dengan demikian seorang hamba Tuhan bisa meng “impact” atau mengimpartansi “jiwa dan semangat Kristus” kepada jemaat yang dilayani.

Next Story : Tato dan Tindik: Sebuah Trend Atau Ancaman?

Terpopuler

Headlines Hari ini