Interaktif

Pemimpin Hamba, Memimpin Bukan Karena Gengsi

Maria F
Reporter Kristiani Pos

Posted: Oct. 25, 2008 18:11:39 WIB

Ada berbagai macam gaya dan bentuk kepemimpinan yang dapat ditemukan di dunia ini baik dalam negara, organisasi besar dan kecil maupun gereja sekalipun. Gaya kepemimpinan menurut ajaran Kristus dengan apa yang dunia ajarkan jelas sangat berbeda.

Suatu kenyataan bahwa masyarakat dimanapun membutuhkan pemimpin-pemimpin yang positif dan efektif tidak dapat dipungkiri. Penggenapan amanat agung bergantung kepada pemimpin-pemimpin rohani yang mampu mengilhami, mengajar serta memberi teladan integritas serupa Kristus di segala bidang dalam masyarakat.

Akan tetapi permasalahan kemudian muncul manakala suatu gereja mulai berkembang dengan pesat, yang mana tuntutan kebutuhan akan pemimpin-pemimpin berkembang lebih cepat daripada sarana untuk mencetak mereka. Kepemimpinan serupa Kristus menuntut pertumbuhan dalam karakter, keterampilan dan pengetahuan.

Dalam kesempatan Seminar yang diadakan oleh STII pada (18/10) lalu menghadirkan tiga pembicara yang tergabung dalam Global Lead Alliance: yang mana mereka memberikan pelatihan dan pembelajaran tentang bagaimana memiliki karakter karakter yang serupa dengan Kristus dan menjadi pemimpin yang posistif dan efektif.

Ketiga pembicara dalam ketiga sesi acara seminar tersebut yakni: Dr. Leaderwell Poshngap ( Shilong, India ), pimpinan internasional dari Global LEAD Alliance, mantan rector dari Union Biblical Seminary di Pune, India dan anggota pimpinan pengurus internasional dari Wold Vision International, Rev. Dr. Paul Wartman ( Vancouver, Canada) pendeta senior di Gereja Peace Portal Alliance dan dia baru bergabung dengan time Pengajar Global Lead Alliance, Rev. Jon Byler ( Lancaster, Pennysylvania, USA)

Koordinator Internasional untuk Global LEAD Alliance. Dia juga pernah melayani di Kenya selama 13 tahun sebagai pendeta dan pendiri dari Leadership Training Institute. Dan salah satu buku yang ditulisnya berjudul “7 keys to financial freedom dan the heart of Christian leadership”.

Dalam kepemimpinan, setiap orang harus paham bahwa dirinya adalah seorang pemimpin, namun bayak orang tidak yakin bahwa dirinya adalah pemimpin, karena setiap orang memiliki peluang untuk mempengaruhi dunianya. Dan bagaimana orang dapat memberikan pengaruh : dengan pengetahuan, ketrampilan, uang, posisi, hidup layak untuk dipercayai,”kata Leaderwell Pohsngap.

Perlunya pemahaman arti dari integritas adalah kualitas yang ditandai oleh kejujuran dan kebenaran dalam karakter. Jadi hidup dengan integritas adalah artinya utuh dan terbuka, namun integritas bukan berarti kesempurnaan. Mazmur 78:72, dari sudut pandang manusia, daud bukanlah orang yang sempurna, tetapi keterbukaan hidupnya kepada Allah menjadikannya orang yang memiliki integritas.

Dan makna dari memimpin dengan integritas adalah memimpin dengan tidak seorangpun meragukan orang yang benar/jujur. Kepemimpinan dengan integritas membangun kepercayaan, dan menumbuhkan pengikut dengan integritas.

Ketiadaan kepemimpinan dengan integritas terjadi dimana-mana : politk, ekonomi, social dan moral. Dan jika dilihat bahkan berbagai unsure dunia ada dalam gereja, meski gereja tidak bermaksud menjadi seperti dunia, tetapi banyak pemimpin dan warga gereja mempraktekan apa yang dilakukan oleh dunia. Karena itu saat ini kita dipanggil untuk menjadi kudus. ( 1 Petrus 1 : 16).

Dalam sesi lainnya juga mengupas tentang model kepemimpinan yang efektif dan selaras dengan kepemimpinan Kristus.

Ada banyak tipe pemimpin yang berbeda-beda didunia. Tapi Hidup dan pengajaran Yesus merupakan model kepemimpinan yang lain, memimpin dengan melayani,”ujar Rev. Dr. Paul Wartman.

Dan kunci pengajaran dari Yesus adalah bertujuan untuk menemukan implikasi-implikasi apa saja yang ada pada kepemimpinan hamba untuk para pemimpin saat ini.

Dalam pemaparan yang diberikan jelas Yesus ingin mengajarkan para muridnya untuk mengenali tipe pemimpin seperti apa yang Ia inginkan dalam kerajaanNya.

Bahkan seringkali Yesus mencela kepemimpinan duniawi ( Luk 22:24-25) karena mementingkan kedudukan, dikendalikan oleh kuasa dan dikuasai oleh gengsi.

Ada banyak perbedaan antara kepemimpinan yang baik dan kepemimpinan yang buruk baik di dunia maupun digereja. Yang menjadi perbedaannya adalah terletak pada hati.

Kepemiminan duniawi lebih menitikberatkan pada; posisi, kekuasaan dan gengsi. Tapi dalam kerajaan-Nya ada standar kepemimpinan yang berbeda, cara pemerintahan yang berbeda dan nilai yang berbeda.

Akan tetapi, apa yang seringkali terjadi adalah ketika seorang ditunjuk untuk duduk pada posisi kepemimpinan di gereja dia segera mengadopsi pola-pola dunia. Para pemimpin gereja cenderung memimpin menurut cara memimpin yang kita lihat pada orang lain sehingga kita secara tidak sadar beradaptasi dengan pola dunia.

Pada Lukas 22:26-27 Yesus menjelaskan kepemimpinan Kristen yang tidak mementingkan senioritas, karena Yesus berkata “ melainkan yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda..” akan tetapi hal ini bukan berarti salah menggunakan gelar atau mempunyai kedudukan dalam gereja.

Tidaklah salah untuk mempunyai gembala dan menyebutnya dengan gelar itu sebagai tanda hormat. Tetapi yang ingin Yesus tekankan adalah bahwa kebesaran tidak terdapat pada posisi melainkan dalam karakter.

Kepemimpinan Kristen bersifat melayani; dalam arti pemimpin sebagai pelayan. Dalam diri kita secara alami kita ingin dilayani, dan membiarkan orang lain yang mengerjakan segala sesuatu untuk kita. Hal ini tampaknya benar untuk semua orang, namun khususnya terjadi pada orang yang ada pada posisi pemimpin.

Melayani artinya memberi, bukan mendapat. Seorang pemimpin memimpin untuk memberi kepada orang lain, untuk membangun mereka dan menguatkan mereka – bukan untuk memperoleh kekuasaan, posisi atau gengsi yang menyertai kepemimpinan bagi diri kita sendiri.

Ada 4 karakteristik dari pemimpin pelayan ( hamba) : sadar akan otoritas, seorang pempin hamba tidak mempunyai hak, kerja keras yang mana seorang pelayan tidak bisa berharap untuk istirahat dan mendapat kenyamanan, dan terakhir tidak mengharapkan penghargaan.

Meskipun demikian, “Servant Leadership” bukanlah tanpa rintangan dalam pelaksanaannya. Yang mana dalam implementasinya dihadapkan pada rintangan-rintangan, yang pertama kesombongan-karena harga diri adalah salah satu dari hal-hal utama yang menghalangi seseorang menjadi seorang pelayan.

Kedua, rasa tidak nyaman yang mana orang yang merasa tidak aman tidak dapat menerima kritik, karena ia tidak yakin akan kemampuannya dalam mempimpin. Ketiga, kekurangan peran teladan disekitar masyarakat.

Pemimpin adalah agen perubahan. Mereka mempengaruhi orang lain untuk mengubah cara berpikir dan bertindak. Mereka memimpikan masa depan dan memanggil orang untuk berpartisipasi. Pemimpin adalah pemecah masalah. Mereka melihat kebutuhan dan menemukan solusi untuk masalah yang mereka hadapi.

Banyak pemimpin berlatih fokus pada perubahan individu dalam kehidupan pemimpin atau organisasi berubah untuk gereja atau bisinis dimana si pemimpin berfungsi. Perubahan tersebut termasuk ke dalam perubahan mikro. Sayangnya, banyak pemimpin Kristiani tidak melihat tingkatan yang melampaui itu.

Perubahan yang dihasilkan bukan hanya secara mikro, tetapi seorang pemimpin juga dituntut untuk dapat membawa perubahan secara makro yang lebih luas daripada lingkungan atau komunitasnya.

Global LEAD (Leadership Equipping and Development) Alliance atau disebut juga dengan Persekutuan Kepemimpinan Dunia adalah suatu jaringan program kepemimpinan di seluruh dunia yang berfokus untuk memperlengkapi pemimpin-pemimpin seperti Kristus di gereja dan kelompok sosial lainnya. Program-program pengembangan kepemimpinan tersebut melatih para para pemimpin dalam hal karakter, kemampuan dan pengetahuan mereka, dengan mengggunakan kurikulum yang kontekstual yang telah ditentukan dalam konsep inti persekutuan tersebut. Yang mana masing-masing menggunakan programnnya sendiri.

Global LEAD Alliance berfungsi sebagai katalisator bagi gereja untuk beraksi guna mencari cara untuk melatih para pemimpin mereka. Persekutuan ini juga memfasilitasi acara-acara yang bertujuan untuk pelatihan di daerah untuk memperlengkapi orang-orang yang akan memulai program lokal. Persekutuan ini juga menyediakan model dan mentoring bagi setiap program yang muncul dan membagikan sumber-sumber pengajaran dengan anggota persekutuan yang lain. Para anggota persekutuan ini juga mempunyai komitmen untuk berdoa dan berpuasa untuk setiap orang setiap hari dalam setiap bulannya.

Next Story : Gereja Harus Jadi "Sekolah Kehidupan" Bagi Jemaat

Terpopuler

Headlines Hari ini